Pembagian Peringkat Batubara
a. Lignit
-
coklat terang sampai hitam
-
Kandungan air tinggi
-
Sifat kayu masih terlihat (woody) atau unconsolidated
-
Nilai kalornya lebih tinggi dari pada gambut
b. Subbituminus
-
VM 40%
-
Hitam tetapi tidak mengkilat
-
Kandungan air rendah
-
Nilai kalornya lebih tinggi dari pada lignit
-
Lunak dan mudah pecah bila diekspos
c. Bituminus
-
VM Minimum 14%
-
VM tinggi 31%-40%
-
VM medium 22%-31%
-
VM rendah 14-22%
-
Kandungan air rendah
-
Nilai kalornya meningkat dengan penurunan moisture
d. Semi-antrasit
-
VM 8%-14%
-
Terbakar dengan sedikit asap
e. Antrasit
-
VM lebih kecil dari 8%
-
Relatif keras
-
Terbakar dengan tidak mengeluarkan asap
Parameter Pengujian Klasifikasi Batubara
Pengujian untuk menentukan klasifikasi
batubara secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis pengujian yaitu :
1. Analisis kimia, proksimat
dan ultimat
2. Pengujian secara teknologi,
simulasi unjuk kerja batubara pada pemanasan
3. Analisis petrografi
Analisis Kimia
Untuk mengklasifikasikan batubara, dua macam analisis
yang harus dilakukan adalah :
1. Analisis proksimate,
memberikan informasi relatif tentang komponen batubara jika dipanaskan
Ø
Moisture (air/lengas).
Moisture dapat dispesifikasi
dalam beberapa basis seperti (lihat skema di bawah) :
i.
Air total dalam ROM
ii.
Kandungan air pada air-dried basis
iii.
Moisture holding capacity (MHC) yaitu kandungan air ekuilibrium pada
30oC dan HR 96%.
iv.
Natural bed moisture, berkorelasi dengan MHC.
Ø Volatile matter (zat terbang), jumlah batubara yang terkonversi menjadi
gas dan uap minyak (tar) jika dipanaskan .
Ø
Ash (abu), sisa dari batubara yang dipanaskan/dibakar.
Batubara sebenarnya tidak
mengandung ash (abu) tetapi mineral matter (MM). Mineral ini akan terkonversi
pada saat dibakar sehingga menjadi abu.
Kandungan MM dalam batubara
dapat diperoleh dengan perhitungan, yang paling sederhana adalah :
MM = 1.1 A
Rumus lainnya yang dapat
digunakan adalah :
PARR MM = 1.08 A – 0.55 S
Ø Fixed Carbon (karbon tetap),
sisa batubara setelah dikurangi moisture, VM dan abu.
FC = 100 – VM (%) – Moist.
(%)
2. Analisis ultimate atau unsur,
memberikan informasi tentang unsur-unsur penyusun batubara yang meliputi C, H,
O, N dan S. Kandungan Oksigen mungkin merupakan indikator yang paling
signifikan dari sifat kimia batubara, yaitu untuk keperluan penerapannya di
pembakaran, pencairan, dan pengkokasan, serta untuk menentukan peringkat.
Kandungan oksigen secara
tradisi dihitung sebagai oxygen by different (O diff) yaitu porsi
sisa batubara setelah dikurangi C, H, N dan S. Kandungan oksigen diperoleh
secara tidak langsung sehingga mengakumulasi semua kesalahan yang terjadi dalam
analisis unsur, dan dalam penentuan basis mineral-matter atau basis bebas
mineral matter.
struktur unsur batubara
Nilai kalor (calorific value)
Nilai kalor kotor (gross CV)
ditentukan dengan membakar sejumlah batubara pada kondisi terkontrol (biasanya
dalam kalorimeter) dimana air yang terbentuk berada dalam bentuk likuid pada
akhir proses.
Nilai kalor bersih (net CV)
adalah nilai kalor kotor yang dikoreksi dengan panas laten penguapan air yaitu
dengan mengurangkan 572 kal/g (1030 btu/lb) air untuk setiap satuan berat
batubara dari nilai kalor kotor. Net CV penting untuk pasar komersial karena
memberikan estimasi yang lebih akurat dari CV batubara pada kondisi actual.
Harga ini dapat dihitung dari gross CV atau sebaliknya bila diketahui kandungan
air serta hydrogen dalam batubara.
Perhitungan nilai kalor
batubara :
DULONG Btu/lb = 14.544 C + 62.028 (H –
O/8) +405 S
C,
H, O dan S : fraksi berat karbon, hydrogen, oksigen dan sulfur dalam batubara
Basis Analisis
Hampir semua analisis batubara dilakukan
dengan sample yang telah dikeringkan di udara, dan hasilnya dilaporkan sebagai
basis tersebut (Air Dried Basis, ADB).
Contoh beberapa basis
analisis yang digunakan untuk keperluan klasifikasi batubara adalah :
1. Dry Basis (db) – data
disajikan dalam bentuk persentase setelah batubara dikeringkan
2. Dry, ash-free (daf) basis –
batubara diasumsikan telah bebas air dan bebas abu
3. Dry, mineral matter-free
(dmmf) basis – batubara diasumsikan telah bebas air (kering), bebas mineral.
Oleh sebab itu, diangap pengujian hanya terhadap senyawa organik batubara.
4. Moist, ash-free (maf) basis
– Asumsi bahwa batubara telah bebas abu dan masih mengandung moisture
5. Moist, mineral matter-free
(mmmf) basis – batubara dianggap telah bebas mineral tetapi masih mengandung
air.
Tingkat (grade) batubara
Batubara diklasifikasikan dengan istilah
tingkat/grade yang dirdasarkan pada kandungan abu, temperatur leleh abu,
kandungan sulfur dan adanya impurities lainnya.
Pengotor batubara (coal
impurities)
Pengotor dalam batubara dapat
diklasifikasikan menjadi dua tipe :
a. Inherent
-
mineral matter yang bercampur secara intim dengan batubara
-
sulit terlihat tanpa alat mikroskop
-
berasal dari beberapa sumber seperti :
i.
adsorbsi anorganik selama pertumbuhan tanaman
ii.
pengisian sel tanaman pada pembentukan gambut
iii.
butiran halus yang terdeposisi oleh gerakan perairan
-
secara umum tidak dapat dipisahkan secara fisik
b. segregate
-
material tidak dapat terbakar yang berada dalam partikel diskrit
-
biasanya berasal dari sedimen dan sisa batuan penambangan
-
terdapat sebagai kelompok, unggun, pengisi dll.
Sulfur dalam batubara
terdapat dalam tiga bentuk yaitu :
a. sulfur organic seperti
mercaptan (RHS), sulfida atau tioeter (RSR’), disulfida (RSSR’), aromatik
(tiopene). Sulfur organic merupakan bagian dari struktur batubara yang tidak
dapat dibersihkan secara fisik
b. mineral sulfida dalam fraksi
anorganik (piritik sulfur) seperti pirit (FeS2) dan marcasit (FeSx). Piritik
merupakan bentuk dominan dari sulfur dan mudah dibersihkan secara fisik.
c. mineral sulfat dalam fraksi
anorganik (SO3 sulfur) seperti calsium sulfat (gypsum). Mineral sulfat
berjumlah sedikit, larut dalam air dan mudah dibersihkan dari batubara.
Kandungan Sulfur Organik
sangat susah ditentukan oleh sebab itu sering digunakan metode tidak langsung
yaitu :
Sorg = S total – (S pirit
– S SO3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar