Jumat, 12 April 2013

Lanjutan "PENANGANAN SAMPAH STUDI KASUS DI KOTA TANGERANG"


2.      Penanganan Sampah Dari Limbah Rumah Tangga

Sampah memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi produk bernilai ekonomis. Dari setiap meter kubik sampah kota dengan bobot 120-170 kg, sekitar 70% merupakan sampah organik seperti daun-daunan, ranting dan sisa-sisa sayuran yang dapat diproses menjadi kompos. Sisanya 30% berupa sampah anorganik yang meliputi berbagai jenis logam, plastik, kertas, serta barang pecah belah yang dapat didaur ulang menjadi berbagai produk yang berharga. Upaya pengolahan sampah mulai dari pengangkutan hingga pengolahan perlu terus menerus di tingkatkan seriring meningkatnya sampah. Tahapan-tahapan pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan mempunyai permasalahan tersendiri sendiri. Seperti pengumpulan misalnya, dalam hal pengumpulan di butuhkan tenaga dan alat yang memadai. Kemudian dengan sarana transpotasi baik pengangkutan dari rumah tangga hingga tempat pembungan akhir akan menimbulkan masalah bau yang tidak sedap jika menggunakan alat transporasi yang memadai. Sedangkan masalah pembuangan adalah terkait dengan penyediaan lahan yang digunakan untuk penampungan dan pengolahan.
Dalam menagemen pengolahan sampah rumah tangga terutama di perkotaan diperlukan kerjasama menyeluruh stakeholder baik mulai dari pemerintah hingga peran serta masyarakat. Pendekatan terpadu dengan teknologi tepat guna merupakan komponen utama dalam penanganan masalah sampah masyarakat. Karena dengan pemanfaatan yang sesuai maka sampah dapat memberikan manfaat yang besar. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah melaksanakan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti meminimalisir limbah dan melaksanakan 3 R (Reuse, Reduce, Recycle). Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain. Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah. Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan.
Selain itu juga perlu adanya sistem pengelolaan sampah terpadu (Integrated Solid Waste management) yang dimulai dari tingkat sumber sampai TPA meliputi :
  1. Source Reduction, yaitu proses minimalis sampah di sumber dalam hal kuantitas timbulan dan kualitas timbulan sampah, terutama reduksi sampah berbahaya.
  2. Recyclling, yaitu proses daur ulang yang berfungsi untuk mereduksi kebutuhan sumberdaya dan reduksi kuantitas sampah ke TPA.
  3. Waste Transformation, yaitu proses perubahan fisik, kimia dan biologis perubahan sampah. Dimana ketiga komponen itu akan menentukan :
    1. Perubahan tingkat efesiensi yang diperlukan didlam sistem pengelolaan.
    2. Perlunya proses reduce, reuse, dan recycle sampah.
    3. Proses yang dapat menghasilkan barang lain yang bermanfaat seperti pengomposan.
    4. Landfillimg, sebagai akhir dari suatu pengelolaan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.
Untuk memudahkan penggunaan, disamping kriteria yang terkait dengan fungsi, maka dibutuhkan pengaturan warna terhadap tempat sampah:
  • Sampah organik: warna gelap 
  • Sampah anorganik: warna terang
  • Sampah B3 rumah tangga: warna merah (standar internasional)
Pemilahan sampah dikelompokkan menjadi beberapa jenis sampah seperti :
  • Sampah basah, yang akan digunakan misalnya sebagai bahan baku kompos   
  • Sampah kering, yang digunakan sebagai bahan daur ulang 
 Teknik-teknik pengolahan dan pemanfaatan sampah antara lain adalah:
  • Pemotongan sampah
  • Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan rekayasa
  • Pengomposan sampah secara vermi-kompos
  • Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bio
  • Pembakaran dalam Insinerator.

3.Solusi Pemanfaatan Sampah Organik

3.1. Lubang Resapan Biopori

Lubang resapan biopori ini dilakukan dengan melubangi halaman rumah yang tidak termanfaatkan dengan diameter 10-20 cm dan kedalaman sekitar 1 meter untuk dimanfaatkan sebagai tempat penampungan sampah organik terutama yang basah untuk dikonsumsi bagi mikroorganisme tanah seperti cacing sehingga lambat laun akan habis sendiri. Selain pemanfaatan tersebut LRB dengan isi sampah organik memiliki beberapa keuntungan diantaranya :
  • Mencegah penyumbatan pori oleh lumut dan sedimen.
  • Menghindari longsornya dinding lubang.
  • Meningkatkan biodiversitas tanah.
  • Pembentukan biopori dan memperbaiki struktur tanah.
  • Mempercepat peresapan air ke berbagai arah.
Untuk rumah perkotaan dengan luas halaman yang tidak begitu luas, LRB bisa dibuat dengan jumlah 4-6 lubang dengan diameter sekitar 10 cm, dengan ukurun tersebut mampu menampung sampah dari rumah sekitar 0.5652 m3 selama setahun atau 13% dari total sampah yang dikeluarkan dari rumah selama setahun.



                      sumber : Khamir R Brata, Departemen Ilmu Tanah & Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB

3.2. Pengomposan

Sampah organik  banyak dimanfaatkan pada proses pengomposan. Hasilnya kemudian dapat dimanfaatkan untuk pemupukan dilingkungan masyarakat atau kemudian untuk dijual dalam bentuk pupuk kompos. Berbagai proses pengomposan dari sampah rumah tangga dilaksanakan sesuai dengan wilayah dan kondisi lingkungan.Pengomposan adalah sistem pengolahan organik dengan bantuan mikroorganisme sehingga membentuk pupuk organik. Mengolah sampah menjadi kompos (pupuk organik) dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai yang sederhana hingga memerlukan mesin (skala industri atau komersial). Membuat kompos dapat dilakukan dengan metode aerob dan anaerob. Pada pengomposan secara aerob, proses dekomposisi bahan baku  menjadi kompos akan berlangsung optimal jika ada oksigen. Sementara pada pengomposan anearob dekomposisi bahan baku menjadi kompos tidak memerlukan oksigen.
Didaerah rungkut Surabaya, proses pengomposan dilaksanakan dengan menggunakan Takakura Home Methode yaitu dengan menggunakan keranjang bekas yang didalamnya dilapisi dengan kardus dan kemudian ditutup dengan sekam (Darto et all, 2007). Takakura adalah suatu alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga. Yang menarik dari keranjang Takakura adalah bentuknya yang praktis , bersih dan tidak berbau, sehingga sangat aman digunakan di rumah. Keranjang ini di sebut masyarakat sebagai keranjang sakti karena kemampuannya mengolah sampah organik sangat baik. Keranjang Takakura dirancang untuk mengolah sampah organik di rumah tangga. Sampah organik setelah dipisahkan dari sampah lainnya, diolah dengan memasukkan sampah organik tersebut ke dalam keranjang sakti Takakura. Bakteri yang terdapat dalam stater kit pada keranjang Takakura akan menguraikan sampah menjadi kompos, tanpa menimbulkan bau dan tidak mengeluarkan cairan. Inilah keunggulan pengomposan dengan kranjang Takakura (Artiningsih, 2008). Metode ini merupakan metode sederhana yang dapat dilakukan disetiap rumah tangga. Untuk  kemudian hasilnya dimanfaatkan untuk memupuk tanaman pribadi atau kemudian dikumpulkan di tempat pengumpulan pusat kompos setempat untuk dijual secara kolektif. Tentu saja hal ini dibutuhkan peran serta masyarakat. Jadi solusi metode pengomposan ini yang nantinya akan diterapkan pada masyarakat kota tangerang untuk mengatasi sampah organik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar